blog-img-10

Keterangan : Bahaya Rabies: Gejala, Penularan, dan Upaya Pencegahan

Posted by : Administrator

Bahaya Rabies: Gejala, Penularan, dan Upaya Pencegahan

Hai Sobat Sehat, Rabies merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan oleh virus rabies. Virus rabies berasal dari genus Lyssa virus dan termasuk ke dalam family Rhabdoviridae. Penyakit ini bersifat zoonosis yaitu penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. Di Indonesia, penyakit ini lebih sering dikenal dengan nama penyakit anjing gila karena hewan yang paling sering menyebabkan penyakit rabies adalah anjing. Selain anjing, hewan yang juga dapat menularkan rabies yaitu kucing, kera dan kelelawar.

Virus rabies mati dalam beberapa menit pada suhu diatas 50°C, dan bertahan hanya beberapa jam dalam suhu ruangan. Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet, pengaruh keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan kloroform, Na deoksikolat, dan air sabun. 

Gejala Rabies

Gejala klinis rabies akan timbul setelah virus mencapai susunan saraf pusat dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik, hipotalamus, dan batang otak. Virus rabies bersifat Neuritrofik yang artinya predileksinya pada sistem saraf.

a. Gejala Prodromal
  Gejala awal rabies biasanya tidak spesifik dan berlangsung sekitar 1-2 hari berupa demam dengan rasa sakit dan kesemutan yang tidak biasa atau tidak jelas, menusuk, atau sensasi terbakar (paraesthesia) di lokasi luka gigitan.
b. Gejala Neurologis Akut
  Gejala neurologis timbul ketika virus menyebar ke sistem saraf pusat menimbulkan kerusakan fatal pada otak dan sumsum tulang belakang.
c. Koma dan Kematian
  Kematian terjadi secara mendadak akibat dari disfungsi pusat pernapasan di batang otak, paralisis otot pernafasan, atau aritmia jantung yang menimbulkan kegagalan sistem kardiorespirasi.

Ada dua tipe klinis rabies, yaitu:

1. Tipe Ensefalitis (Furious)
  Pasien menunjukkan gejala hiperaktif, gelisah disertai perilaku yang agresif dan muncul berbagai fobia yaitu hidrofobia (takut air), aerofobia (takut hembusan angin atau udara), dan fotofobia (takut terhadap rangsang cahaya). Gejala klinis rabies ini bersifat progresif cepat berlangsung sekitar 1-4 hari.
2. Tipe Paralitik (Lumpuh)
  Sindrom paralitik terjadi 20% dari jumlah total kasus rabies pada manusia yang ditandai dengan fasikulasi, kelemahan motorik dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran disertai gangguan sensorik dan otonom yang berjalan progresif hingga menimbulkan paralisis otot pernapasan

Penularan Rabies

Virus rabies terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi virus rabies dan biasanya ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya melalui gigitan, cakaran, dan jilatan pada mukosa atau kulit yang tidak utuh. Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa, tetapi tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.

Pencegahan Rabies pada Manusia

Pencegahan rabies pada manusia adalah dengan memberikan tatalaksana gigitan hewan penular rabies, diantaranya:

1. Pencucian Luka
 

Pencucian luka dengan menggunakan sabun merupakan hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi jilatan, cakaran atau gigitan terhadap HPR untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka. Virus rabies dapat diinaktivasi dengan sabun karena selubung luar yang terdiri dari lipid akan larut oleh sabun.

Pencucian luka dilakukan sesegera mungkin dengan sabun di bawah air mengalir selama 15 menit. Pencucian luka tidak menggunakan peralatan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan luka baru dimana virus akan semakin masuk ke dalam. Pencucian luka dapat dilakukan oleh penderita atau keluarga penderita kemudian diberikan antiseptik. Setelah itu, korban gigitan HPR segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit yang menjadi Rabies Center untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya.

2. Pemberian Antiseptik
  Pemberian antiseptik diberikan setelah dilakukan pencucian luka yang berguna untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan diantaranya povidon iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.
3. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR)
  Tujuannya adalah untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralisasi virus rabies. Namun, jika virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian vaksin anti rabies ini tidak akan memberikan manfaat lagi.

Nah Sobat Sehat, dengan memahami bahaya rabies, bagaimana cara penularannya dan pentingnya langkah-langkah pencegahan, kita dapat melindungi diri sendiri, keluarga dan masyarakat untuk mengurangi risiko terkena penyakit rabies ini. Kita juga dapat mengurangi dampak fatal yang ditimbulkan dari penyakit rabies ini dengan vaksinasi dan penanganan medis yang cepat dan tepat. [AA]

 

Semoga Bermanfaat!

 

Referensi:

Kementerian Kesehatan RI

https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-penyakit-rabies

https://upk.kemkes.go.id/new/kenali-gejala-rabies

Kembali

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Jl. Kesehatan No 10
Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat,
DKI Jakarta 10160

    Kontak

  • +62213451338
    (Senin - Kamis 08:00 - 16.00 WIB)
    (Jum'at 08:00 - 16.30)

    +62 822-1388-8006 (Hotline)
    (Senin - Kamis 08:00 - 16.00 WIB)
    (Jum'at 08:00 - 16.30)

    dinkes@jakarta.go.id

Media Sosial

   Sitemap