FAQ

Monkeypox
+
Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox. Pada asalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.
+
Monkeypox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Sementara beberapa orang memiliki gejala ringan, yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih berat dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan. Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit yang lebih parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang dengan penyakit kekebalan tubuh.

Gejala monkeypox biasanya demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan) dan ruam atau lesi kulit. Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam monkeypox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.

Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian. Orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius. Pengobatan bersifat menghilangkan gejala dan suportif.

Siapa pun yang memiliki gejala monkeypox atau yang telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox harus menghubungi atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan meminta saran tenaga kesehatan.
+
Pada umumnya, gejala monkeypox hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, pada beberapa orang, infeksi dapat menyebabkan komplikasi medis dan bahkan kematian. Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat monkeypox.

Komplikasi dari monkeypox termasuk infeksi kulit sekunder, pneumonia, gangguan kesadaran, dan masalah mata. Di masa lalu, antara 1% hingga 10% orang dengan monkeypox telah meninggal. Penting untuk dicatat bahwa tingkat kematian disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk akses terhadap layanan kesehatan.

Terkait wabah yang terjadi saat ini, sudah terdapat laporan kasus meninggal di Nigeria dan Republik Afrika Tengah.
+
Monkeypox menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam monkeypox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual. WHO masih mempelajari tentang berapa lama orang dengan monkeypox dapat menularkan. Untuk situasi saat ini, penderita dapat menularkan sampai sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.

Lingkungan dapat terkontaminasi virus monkeypox, misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi. Dimungkinkan juga untuk terinfeksi karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk.

Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek. Kemungkinan mekanisme penularan melalui udara untuk monkeypox belum dipahami dengan baik dan penelitian terus dilakukan.

Virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, atau dari orang tua dengan monkeypox ke bayi atau anak selama kontak erat. Meskipun infeksi tanpa gejala telah dilaporkan, tidak jelas apakah orang tanpa gejala dapat menyebarkan penyakit atau apakah dapat menyebar melalui cairan tubuh lainnya.

Potongan DNA dari virus monkeypox telah ditemukan dalam air mani, tetapi belum diketahui apakah infeksi dapat menyebar melalui air mani, cairan vagina, cairan ketuban, ASI atau darah. Penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut tentang apakah orang dapat menyebarkan monkeypox melalui pertukaran cairan ini selama dan setelah infeksi.
+
Monkeypox dapat menular ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi. Biasanya adalah hewan pengerat dan primata. Risiko tertular monkeypox dari hewan dapat diturunkan dengan meminimalisir/menghindari kontak dengan hewan liar, terutama hewan sakit atau mati – termasuk daging dan darahnya. Di negara-negara endemik, makanan yang berisi daging atau bagian tubuh hewan perlu dimasak hingga matang sebelum dimakan.
+
Sementara ini belum ada laporan penularan dari manusia ke hewan walaupun risiko penularan tetap ada. Orang yang terkonfirmasi atau suspek monkeypox harus menghindari kontak dekat dengan hewan, termasuk hewan peliharaan (seperti kucing, anjing, hamster, dll.), ternak, dan satwa liar. Orang dengan monkeypox harus sangat waspada di sekitar hewan yang diketahui rentan terhadap virus monkeypox, termasuk hewan pengerat dan primata non-manusia.
+
Yang paling berisiko adalah orang yang tinggal dengan atau memiliki riwayat kontak erat (termasuk kontak seksual) dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox, atau yang memiliki kontak rutin dengan hewan yang dapat terinfeksi. Tenaga kesehatan juga memiliki risiko sehingga perlu untuk selalu menerapkan prosedur PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)

Bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala-gejala lebih serius dan kematian akibat monkeypox.

Orang yang pernah mendapatkan vaksin cacar kemungkinan memiliki perlindungan tertentu terhadap infeksi monkeypox. Namun, orang-orang muda mungkin belum mendapat vaksin cacar, karena vaksinasi tersebut di seluruh dunia dihentikan setelah cacar pada 1980 menjadi penyakit manusia pertama yang dieradikasi (dimusnahkan total). Meskipun orang-orang yang pernah menerima vaksin cacar memiliki tingkat perlindungan tertentu terhadap monkeypox, akan tetapi upaya pencegahan harus tetap diterapkan.
+
Lindungi diri anda dengan membatasi kontak dengan suspek atau sudah terkonfirmasi monkeypox atau dengan hewan yang berisiko menularkan. Bersihkan dan disinfeksi lingkungan yang bisa saja terkontaminasi secara teratur. Periksakan diri anda dan kontak erat anda jika anda mengalami gejala monkeypox. Isolasi dilakukan sampai seluruh ruam-ruam kulit kering, mengelupas dan terbentuk lapisan kulit baru dibawahnya. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri ataupun di fasilitas layanan Kesehatan yang ditunjuk.
+
Jika Anda pernah melakukan kontak erat dengan orang yang mengalami monkeypox atau lingkungan yang mungkin telah terkontaminasi virus, pantau diri Anda dengan cermat untuk tanda dan gejala selama 21 hari sejak terakhir kali Anda terpapar. Batasi kontak erat dengan orang lain sebanyak yang Anda bisa.

Jika Anda merasa mengalami gejala monkeypox, hubungi fasilitas layanan kesehatan Anda untuk mendapatkan saran, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan medis. Sampai Anda menerima hasil tes Anda, jika memungkinkan, lakukan isolasi mandiri. Bersihkan tangan Anda secara teratur.

Jika Anda dites positif monkeypox, penyedia fasilitas layanan kesehatan Anda akan memberi tahu Anda apakah Anda harus isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas kesehatan, dan perawatan apa yang Anda butuhkan. Beri tahu kontak erat Anda bahwa Anda telah terkena monkeypox agar kontak erat Anda dapat dipantau dan diberikan intervensi medis yang sesuai.
+
Jika Anda terinfeksi monkeypox, petugas kesehatan dari fasilitas layanan kesehatan Anda akan memberi tahu apakah Anda harus dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah. Ini akan tergantung pada seberapa berat gejala Anda, apakah Anda memiliki faktor risiko yang membuat Anda berisiko mengalami gejala yang lebih berat, dan apakah Anda dapat meminimalkan risiko menginfeksi siapa pun yang tinggal bersama Anda.

Jika Anda disarankan untuk isolasi mandiri di rumah, sebaiknya jangan keluar. Lindungi orang lain yang tinggal bersama Anda sebanyak mungkin dengan:

• Mengisolasi di ruang terpisah
• Menggunakan kamar mandi terpisah atau membersihkan setiap kali selesai digunakan
• Membersihkan permukaan yang sering disentuh dengan sabun dan air serta disinfektan rumah dan menghindari penyapuan/penyedot debu (ini dapat mengganggu partikel virus dan menyebabkan orang lain terinfeksi)
• Menggunakan peralatan, handuk, tempat tidur terpisah
• Mencuci sendiri (angkat seprai, pakaian dan handuk
dengan hati-hati, masukkan cucian ke dalam kantong plastik sebelum membawanya ke mesin cuci dan cuci dengan air panas >60°)
• Membuka jendela untuk ventilasi yang baik
• Mendorong semua orang di rumah untuk membersihkan tangan secara teratur dengan sabun dan air atau pembersih tangan berbasis alkohol.

Jika Anda tidak dapat menghindar dan berada di ruangan yang sama dengan orang lain atau melakukan kontak dekat dengan orang lain saat isolasi mandiri di rumah, maka lakukan yang terbaik untuk melindungi orang-orang disekitar anda dengan:

• Menghindari menyentuh satu sama lain
• Sering-seringlah membersihkan tangan
• Menutupi ruam Anda dengan kain atau perban
• Membuka jendela di seluruh rumah
• Memastikan Anda dan siapa pun di ruangan bersama Anda mengenakan masker medis
• Menjaga jarak setidaknya 1 meter.

Jika Anda tidak dapat mencuci sendiri dan orang lain perlu melakukannya untuk Anda, mereka harus mengenakan masker medis, sarung tangan sekali pakai, dan melakukan tindakan pencegahan yang tercantum di atas.
+
Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit smallpox, telah dilakukan pengembangan dan penilitian sehingga dapat digunakan untuk pencegahan monkeypox, namun ketersediaan global masih terbatas. Beberapa negara merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko. Hanya orang yang berisiko (misalnya seseorang yang pernah kontak dekat dengan penderita monkeypox) yang harus dipertimbangkan untuk divaksinasi. Vaksinasi massal tidak dianjurkan saat ini.
+
Sampai saat ini pengobatan yang spesifik untuk monkeypox masih terbatas tahap pengembangan. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif. Orang dengan monkeypox harus mengikuti saran dari fasilitas layanan kesehatan. Penyakit dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi monkeypox untuk minum air secara cukup, makan dengan baik, dan cukup tidur. Orang yang mengisolasi diri harus menjaga kesehatan mentalnya dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap santai dan menyenangkan, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi, berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan meminta dukungan kesehatan mental dari fasyankes setempat jika diperlukan.

Orang dengan monkeypox harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka (kecuali jika mereka mau tidak mau berada di ruangan dengan orang lain, dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi). Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik.
+
Banyak negara yang biasanya tidak ditemukan monkeypox, kemudian telah melaporkan kasus pada tahun 2022. Dalam wabah saat ini, WHO melihat sebagian besar (tetapi tidak semua) kasus di antaranya yaitu pria yang berhubungan seks dengan pria atau yang memiliki partner seks yang lebih dari satu.

Yang paling penting saat ini adalah kita meningkatkan kesadaran tentang monkeypox di antara orang-orang yang berisiko terinfeksi dan memberikan saran tentang cara membatasi penyebaran lebih lanjut. Penting juga bagi petugas kesehatan untuk dapat mengidentifikasi, mendiagnosis, dan merawat pasien.

Sangat penting bahwa tidak ada yang menstigmatisasi siapa pun yang terkena dampak peristiwa ini karena siapa pun bisa terkena monkeypox dan karena stigma dapat merusak upaya pengendalian.
+
Monkeypox tidak menular secara cepat seperti beberapa infeksi lain karena memerlukan kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox (misalnya, tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke kulit atau mulut ke mulut), dengan lingkungan yang terkontaminasi atau dengan hewan yang terinfeksi. Sangat penting kerja sama seluruh pihak untuk menghentikan penyebaran dengan mengetahui risiko.
+
Risiko monkeypox tidak terbatas pada orang yang aktif secara seksual atau pria yang berhubungan seks dengan pria. Siapa pun yang memiliki kontak erat dengan seseorang yang terkonfirmasi monkeypox memiliki gejala berisiko. Data saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus merupakan kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Perlu upaya yang melibatkan kelompok tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya pengendalian.

Siapa pun yang memiliki gejala monkeypox harus segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan untuk dites dan mendapat perawatan medis.
+
Jika tidak diobati, HIV dapat melemahkan sistem kekebalan Anda. Ada beberapa bukti bahwa immunocompromised dapat meningkatkan risiko terinfeksi jika Anda terpapar, dan memiliki gejala yang lebih berat dan bahkan kematian karena monkeypox. Namun, lebih banyak data diperlukan untuk memahami hal ini sepenuhnya.

Orang dengan banyak pasangan seksual, termasuk orang yang hidup dengan HIV, perlu melakukan langkah-langkah untuk mengurangi risiko terinfeksi monkeypox dengan menghindari kontak erat dengan siapa pun yang bergejala.
+
Ini adalah pertanyaan yang saat ini coba dijawab oleh para pakar kesehatan. Saat ini, WHO belum tahu apakah kondisi COVID-19 atau pasca COVID-19 (long-COVID) membuat Anda lebih rentan terhadap monkeypox. Diperlukan lebih banyak penelitian pada pasien yang pernah terinfeksi virus penyebab COVID-19 atau kondisi long-COVID dan sekarang terinfeksi monkeypox.

Jika saat ini Anda terinfeksi COVID-19, ikuti petunjuk petugas kesehatan. Hindari kontak dengan orang lain untuk mencegah penularan virus, dan pantau gejala Anda untuk bisa mendapatkan perawatan yang tepat. Jika Anda merasa memiliki kondisi long-COVID, hubungi petugas kesehatan untuk mendapatkan dukungan yang Anda butuhkan.
+
Jika layanan masih terbatas, maka terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk seks yang aman. Menerapkan upaya pencegahan bagi diri sendiri dan orang lain akan mengurangi jumlah kasus dan mengurangi beban layanan kesehatan sehingga dapat mengakhiri wabah.

Jika Anda memiliki gejala monkeypox, segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan saran dan perawatan. Mengingat monkeypox menular melalui kontak erat, maka informasikan kepada petugas kesehatan sebelum kunjungan, sehingga petugas dapat mempersiapkan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.
+
Anak-anak dapat terkena monkeypox jika mereka memiliki kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi monkeypox. Data saat ini menunjukkan bahwa anak-anak biasanya lebih rentan terhadap gejala yang berat dibandingkan remaja dan orang dewasa.
+
Ruam monkeypox dapat menyerupai penyakit umum lainnya pada masa kanak-kanak, seperti cacar air dan infeksi virus lainnya. Jika anak memiliki gejala monkeypox, konsultasikan ke fasilitas layanan kesehatan. Petugas kesehatan akan membantu untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan.
+
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami risiko monkeypox selama kehamilan, dan bagaimana virus dapat ditularkan ke janin saat dalam kandungan atau bayi baru lahir selama atau setelah lahir atau saat menyusui. Informasi yang tersedia menunjukkan bahwa penularan selama kehamilan dapat berbahaya bagi janin.

Jika Anda hamil, hindari kontak erat dengan siapa pun yang terinfeksi monkeypox. Jika Anda merasa telah terpapar atau bergejala, hubungi fasilitas layanan kesehatan.
+
Jika Anda telah terkonfirmasi atau suspek monkeypox dan Anda sedang menyusui, konsultasikan dengan fasilitas layanan kesehatan. Jika memungkinkan untuk terus menyusui dan melakukan kontak, maka petugas akan memberikan saran untuk mengurangi risiko penularan seperti menutupi luka dan mengenakan masker. Saat ini belum diketahui apakah virus monkeypox dapat menular dari orang tua ke anak melalui ASI.
+
Sebab, penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada sekumpulan monyet yang dipelihara untuk tujuan penelitian pada 1958. Penyakit ini baru ditemukan pada manusia pada 1970.
+
Anda tidak boleh mendonorkan darah saat merasa tidak enak badan. Saat akan melakukan donor darah, petugas akan melakukan skrining ketat seperti menanyakan gejala yang dirasakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap penyakit menular.

Belum ada laporan penyebaran monkeypox melalui transfusi darah.
+
Cacar air disebabkan oleh virus varicella yang berbeda dengan virus monkeypox. Paparan cacar air di masa lalu tidak memberikan perlindungan terhadap monkeypox.
+
Pemahaman tentang berapa lama kekebalan berlangsung setelah infeksi monkeypox saat ini terbatas. WHO belum memiliki pemahaman yang jelas apakah infeksi monkeypox sebelumnya memberi Anda kekebalan terhadap infeksi di masa mendatang dan untuk berapa lama. Bahkan jika Anda pernah terinfeksi monkeypox di masa lalu, Anda harus melakukan semua yang Anda bisa untuk menghindari infeksi ulang.

Jika Anda pernah terinfeksi dan saat ini terdapat seseorang di rumah Anda yang terinfeksi, maka Anda diutamakan untuk merawatnya, karena mungkin lebih memiliki kekebalan dibandingkan dengan yang lain. Namun, Anda harus menerapkan tindakan pencegahan untuk menghindari terinfeksi.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
+
1. Pekerja Penerima Upah Setiap orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima gaji atau upah, di mana iurannya berhak dibayarkan sebanyak 4% oleh Pemberi Kerja dan 1% oleh Pekerja.
2. Peserta yang Didaftarkan Pemerintah Daerah (PD PEMDA) Penduduk yang belum diikutsertakan sebagai peserta JKN, yang didaftarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah ke dalam jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Daerah melalui APBD
3. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) & Bukan Pekerja (BP) atau Peserta Mandiri Setiap orang yang bekerja atau berusaha atas usahanya sendiri. Peserta PBPU wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarga yang terdaftar dalam Kartu Keluarga. Iuran dibayarkan oleh Peserta secara mandiri.
4. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK) Program Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah Pusat melalui APBN.
+
Peserta dapat melakukan pengecekan kepesertaan melalui kanal berikut :
Aplikasi Mobile JKN
Cek status kepesertaan bisa dilakukan dengan masuk ke menu "Info Peserta".
Liaison Officer Care Center 165
Kanal layanan tanpa tatap muka melalui media telepon melalui nomor 165
PANDAWA
Pelayanan administrasi melalui WhatsApp dengan nomor 08118165165
CHIKA & VIKA
merupakan kanal layanan tanpa tatap muka yang direspon oleh asisten virtual melalui nomor 08118750400
BPJS satu
merupakan petugas BPJS Kesehatan yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan Pemberian Informasi dan Penanganan Pengaduan peserta di Rumah Sakit melalui koordinasi dengan unit kerja terkait
+
Pekerja Penerima Upah (PPU) merupakan setiap orang yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima gaji atau upah.
+
- Pekerja berhak didaftarkan sebagai peserta Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan

- Pekerja berhak mendaftarkan dirinya sebagai peserta Jaminan Kesehatan jika Pemberi Kerja secara nyata tidak mendaftarkan dirinya

- Jika Pekerja belum didaftarkan dan dibayarkan iurannya oleh Pemberi Kerja, maka Pemberi Kerja wajib bertanggungjawab pada saat Pekerja membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.
+
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 13:
- Pemberi Kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran.

- Pemberi Kerja secara nyata tidak mendaftarkan Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, Pekerja yang bersangkutan berhak mendaftarkan dirinya sebagai peserta Jaminan Kesehatan.

- Pemberi Kerja belum mendaftarkan dan membayar iuran bagi Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, Pemberi Kerja wajib bertanggungjawab pada saat pekerjanya membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.
+
Pengalihan kepesertaan PD Pemda yang terindikasi sebagai PPU dilakukan untuk meningkatkan ketepatan sasaran/ segmentasi kepesertaan.
1. Berdasarkan Surat Edaran Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Nomor e-0003/SE/2023 tanggal 12 Januari 2023 bahwa Pemberi Kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta program
a. Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan
b. Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan
c. Jaminan Pensiun pada BPJS Ketenagakerjaan bagi perusahaan skala menengah dan skala besar

2. Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana poin 1, wajib memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut anggota keluarganya termasuk rincian pembayaran upah secara lengkap dan benar kepada BPJS (BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaaan).

3. Seorang Pekerja Penerima Upah TIDAK BERHAK mendaftar sebagai peserta PD PEMDA karena merupakan kewajiban dari Pemberi Kerja untuk mendaftarkan Pekerjanya sebagai peserta JKN di segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) (Perpres Nomor 82 Tahun 2018 Pasal 13)

4. Pada saat mendaftar sebagai PD PEMDA, seseorang harus menandatangani formulir pendaftaran PD PEMDA yang memuat pernyataan bahwa peserta bukan Pekerja Penerima Upah. Berdasarkan hal tersebut, jika sewaktu-waktu terbukti dirinya adalah Pekerja Penerima Upah, maka dapat dinonaktifkan kepesertaannya sebagai PD PEMDA.

Ketika status seseorang adalah Bukan Pekerja (BP) atau Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) maka berhak mendaftarkan dirinya sebagai peserta JKN pada segmen PBPU BP Mandiri atau PBI JK atau PD PEMDA.
+
Sejumlah peserta dialihkan dari PD Pemda per 1 Oktober 2023 karena terindikasi sebagai PPU berdasarkan hasil pemadanan data antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Energi. Data peserta yang dialihkan dapat diakses dengan memasukkan NIK pada https://sijaka.jakarta.go.id/cek-data-ppu Pemadanan data akan dilakukan secara periodik yang dilanjutkan dengan pengalihan segmen kepesertaan jika ditemukan indikasi serupa.
+
Peserta dapat menghubungi bagian HRD/SDM kantor pekerja untuk didaftarkan kepesertaan JKN pada segmen PPU (baik pendaftaran baru atau reaktivasi sebagai PPU). Agar status kepesertaan JKN dapat segera aktif di bulan berikutnya, maka pendaftaran Pekerja Penerima Upah harus dilakukan segera.
+
+
Peserta yang merasa dirinya mampu dapat mendaftar menjadi peserta JKN segmen Mandiri. Kepesertaan ini dapat langsung aktif 1x24 jam dengan catatan pengalihan kepesertaan JKN tersebut dilakukan paling lambat 30 hari sejak dinonaktifkan dan pendaftaran dilakukan di kantor Cabang BPJS Kesehatan.
+
1.Untuk ketepatan segmen kepesertaan PD Pemda, Puskesmas melakukan pengecekan eligibilitas data peserta sebagai Pekerja Penerima Upah

2.Jika peserta dialihkan atas usulan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta karena terindikasi PPU dan sudah tidak bekerja, diarahkan untuk mendaftar segmen mandiri melalui kantor cabang BPJS Kesehatan terdekat. Namun, jika peserta tetap ingin di daftarkan sebagai peserta segmen PD PEMDA diarahkan ke Puskesmas sesuai domisili dengan membawa KTP, KK , Surat Paklaring yang menyatakan sudah tidak bekerja dan mengisi formulir pendaftaran peserta PBPU BP PEMDA

3.Kepesertaan akan aktif Kembali mengikuti prosedur pendaftaran di Puskesmas.

+
Sesuai Perpres Nomor 64 Tahun 2020 tentang perubahan kedua atas Perpres No 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan :
1. Iuran bagi Peserta PPU yaitu sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan sebagai berikut: a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

2. luran bagi Peserta PPU dibayarkan secara langsung oleh Pemberi Kerja kepada BPJS Kesehatan.
+
Calon peserta dapat mendaftar JKN segmen Mandiri dapat melalui:
- Pandawa di nomor 0811-8-165-165
- Aplikasi Mobile JKN
- Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat

Dengan membawa dokumen berupa:
1. Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga
2. Buku tabungan Bank yang melayani autodebit BNI, BRI,BTN, Mandiri dan BCA (dapat menggunakan rekening tabungan Kepala Keluarga/anggota keluarga dalam Kartu Keluarga/penanggung)
3. Paspor dan surat izin kerja yang diterbitkan instansi berwenang bagi Warga Negara Asing
4. Nomor telepon yang aktif
+
Besaran iuran yang harus dibayarkan peserta Mandiri mulai 1 Januari 2021 adalah sebagai berikut:
- Iuran Kelas I: Rp150.000/orang/bulan
- Iuran Kelas II: Rp100.000/orang/bulan
- Iuran Kelas III: Rp35.000/orang/bulan
+
Peserta dapat menghubungi :
- Call Center Dinas Kesehatan 021-345-1338 , WA 0822-1388-8006
- Aplikasi JAKI (Jakarta Kini)
- Twitter @dkijakarta
- Facebook Pemprov DKI Jakarta
- Surat Elektronik/Email dki@jakarta.go.id
- Media Sosial Pribadi Gubernur
- SMS Cepat Respon Masyarakat (CRM) 0811272206
- Balai Warga www.jakarta.go.id
- Aplikasi Qlue
- Pos Aduan Pendopo Balaikota
- Pos Aduan Kantor Inspektorat
- Pos Aduan Kantor Camat
- Pos Aduan Kantor Lurah
- SMS Layanan Aspirasi dan Pengaduan Rakyat (Lapor) 1708
- Call Center UP Jamkesjak (Telepon,SMS,Whatsapp) 082-111-999-812
+
JKN adalah Jaminan Kesehatan Nasional dan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib.

Manfaat JKN
- Premi Terjangkau
- Peserta mendapatkan pelayanan bermutu dengan biaya yang wajar
- Kepastian pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan dan terjamin
- Peserta JKN akan mendapatkan layanan imunisasi dasar, keluarga berencana, pelayanan, dan skrining kesehatan.
- JKN dapat digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Wolbachia
+
Bakteri Wolbachia secara alami ada di 60% serangga, bukan hasil rekayasa.
Bakteri Wolbachia dalam Nyamuk Aedes Aegypti akan menyebabkan virus demam berdarah
pada nyamuk tidak bisa berkembang sehingga tidak bisa menularkan penyakit demam berdarah.

Bakteri Wolbachia dan NYamuk Aedes Aegypti secara alami ada di alam, tidak ada manipulasi
genetika dan tidak diternakkan di laboratorium.
+
Nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-wolbachia: telurmenetas
dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.

Nyamuk jantan tidak ber-wolbachia kawin dengan betina ber-wolbachia: telurmenetas
dan menghasilkan nyamuk ber-wolbachia.

Nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan betina tidak ber-wolbachia: telur tidak akan menetas.
+
Wolbachia sangat umum ditemukan secara alami pada ratusan
ribu spesies serangga. Hampir setiap orang di bumi pernah digigit
serangga ber-wolbachia dan tidak terbukti gigitan tersebut berbahaya.

Dikota Yogyakarta, penerapan Wolbachia sudah berlangsung lebih dari 10 tahun,
dan lebih dari 1,5 juta orang hidup di wilayah yang sudah mendapatkan
pesebaran nyamuk ber-wolbachia. Sampai saat ini tidak terbukti berbahaya
bagi lingkungan, manusia atau kesehatan hewan.

Evaluasi dan kajian risiko juga sudah dilakukan. Hasilnya metode dan manfaat Wolbachia
dapat diperluas guna membantu melindungi jutaan orang di Indonesia dari
demam berdarah.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Jl. Kesehatan No 10
Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat,
DKI Jakarta 10160

    Kontak

  • +62213451338
    (Senin - Kamis 08:00 - 16.00 WIB)
    (Jum'at 08:00 - 16.30)

    +62 822-1388-8006 (Hotline)
    (Senin - Kamis 08:00 - 16.00 WIB)
    (Jum'at 08:00 - 16.30)

    dinkes@jakarta.go.id

Media Sosial

   Sitemap